Minggu, 11 November 2007

Sejarah singkat Korek Api


Pada tahun 1800an, baja, batu geretan, dan sabuk/kawulmsih digunakan untuk membuat api. Korek api pertama yang yg memakai fosfor dibuat pada tahun 1830an. Korek api disimpan pada sebuah kotak spesial karena dapat terbakar pada permukaan apapun.

Pada 1844, Profesor Gustaf Erik Pasch mengganti fosfor kuning yang beracun dengan fosfor
merah yang tidak beracun. Dia juga memisahkan ramuan bahan kimia untuk ujung korek api dan meletakkan fosfor pada permukaan untuk digesek pada kotak luarnya. Korek api yang aman telah tercipta. Ini adalah sebuah hasil penemuan yang berarti dan penting, yang membuat Swedia terkenal di dunia. Sayang sekali, produksinya sungguh sulit dan mahal.

Pada tahun 1864, insinyur yang lebih tua 28 tahun, Alexander Lagerman mendesign korek api mesin otomatis yang pertama. Pada waktu itu, produksi yang menggunakan tangan atau secara manual berganti menjadi produksi massa, korek api yang aman dari korek api JONKOPING (swedia) diekspor keseluruh dunia dan menjadi terkenal di dunia.

Pada 1868, perusahaan korek api Vulcan AB ditemukan di Tidaholm, swedia. Sekarang, perusahaan Tidaholm, dimiliki oleh Swedish Macth, yang dianggap jalur produksinya memiliki teknologi paling yang paling berkembang dalam korek api di dunia. Pemikiran tentang Lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam proses menghasilkan produksi dan bahan kimia sudah diganti, kotak korek api sudah terbuat dari kertas yang didaur ulang.

Ada juga beberapa pendapat lain mengenai Korek api...

Korek api adalah sebuah alat untuk menyalakan api secara terkendali. Korek api dijual bebas di toko-toko dalam bentuk paket sekotak korek api. Sebatang korek api terdiri dari batang kayu yang salah satu ujungnya ditutupi dengan suatu bahan yang umumnya fosfor yang akan menghasilkan nyala api karena gesekan ketika digesekkan terhadap satu permukaan khusus. Walaupun ada tipe korek api yang dapat dinyalakan pada sembarang permukaan kasar. Korek api yang menggunakan cairan seperti naphtha atau butana disebut korek api gas.

Bangsa Tiongkok sejak 577 telah mengembangkan korek api sederhana yang terbuat dari batang kayu yang mengadung belerang. Korek api modern pertama ditemukan tahun 1805 oleh K. Chancel, asisten Profesor L. J. Thénard di Paris. Kepala korek api merupakan campuran potasium klorat, belerang, gula dan karet. Korek api ini dinyalakan dengan menyelupkannya ke dalam botol asbes yang berisi asam sulfat. Korek api ini tergolong mahal pada saat itu dan penggunaannya berbahaya sehingga tidak mendapatkan popularitas.

Korek api yang dinyalakan dengan digesek pertama kali ditemukan oleh kimiawan Inggris John Walker tahun 1827. Penemuan tersebut diawali oleh Robert Boyle tahun 1680-an dengan campuran fosfor dan belerang, tetapi usahanya pada waktu itu belum mencapai hasil yang memuaskan. Walker menemukan campuran antimon (III) sulfida, potasium klorat, natural gum, dan pati dapat dinyalakan dengan menggesekkannya pada permukaan kasar.

Apakah DURIAN itu???


Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Varian namanya yang juga populer adalah duren. Orang Sunda menyebutnya kadu.

Tumbuhan dengan nama ini bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga (genus) Durio. Nama ilmiah durian komersial adalah Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasaran setempat di Asia Tenggara meliputi D. kutejensis (lai), D. oxleyanus, D. graveolens (durian kura-kura atau kekura), serta D. dulcis (lahong).

Warna buahnya berbeda-beda dari hijau kekuning-kuningan, dan mempunyai bentuk dari bujur hingga bundar. Kulit buahnya bersabut dan permukaannya dipenuhi sudut-sudut tajam ("duri"). Buah mengeluarkan bau yang kuat dan khas. Bagian buah yang dapat dimakan adalah salut biji yang berwarna kekuningan, yang melindungi bijinya.

Banyak orang menganggap buah durian sebagai buah yang enak. Masyarakat sering menyebutnya "raja buah-buahan". Akan tetapi sebagian orang tidak tahan akan baunya dan menganggapnya berbau busuk. Richard Sterling (dalamThe Travelling Curmudgoen) mengatakan: "baunya mirip sekali dengan kotoran babi, terpentin dan bawang, dan dihiasi dengan kaos kaki kotor dari lapangan olah raga. Baunya tercium dari jauh." Ada juga yang menggambarkan bau durian seperti bau yang keluar dari truk sampah.


Durian berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei, meskipun pohonnya dapat tumbuh di sembarang cuaca yang serupa. Pusat keragaman biologi dan ekologi durian adalah Borneo (Pulau Kalimantan). Akan tetapi yang menjadi eksportir penting durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi. Tempat yang lain di mana durian ditanam termasuk Mindanao di Filipina, Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka.

Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City.

Di dunia Barat, durian dapat ditemukan di toko-toko Asia milik orang Vietnam, Tionghoa, Thai, dll.

Setiap 100g salut biji mengandung 90kkal (377kJ). Durian juga banyak mengandung vitamin B1, B2, dan vitamin C.


Rabu, 03 Oktober 2007

krupuk tanjung


toraja arabica coffe




Bulan dan Naga

Waktu pertama kali melihat tampilan cover produk kopi "Liong Bulan" yang ada di benak saya adalah sepertinya tampilannya berkaitan dengan cerita dongeng pada kebudayaan Tionghoa, soalnya waktu kecil saya pernah membaca komik ilustrasi ( saya lupa judulnya...) dari Cina
yang menceritakan hubungan antara keduanya.
Karena saat ini saya sedang mencari data produk tersebut berkenaan dengan tugas salah satu mata kuliah saya, maka mulailah saya membuka search engine di web untuk menemukan kaitannya antara desain cover produk kopi yang cukup beken di Bogor itu dengan produknya sendiri. Setelah pencarian di beberapa web, akhirnya saya mulai menemukan sedikit titik terang setelah mengunjungi halaman website www.sinarharapan.co.id/berita/0703/03/sh07.html.
edisi Sabtu, 3 Maret 2007
Website buatan salah satu harian surat kabar ibukota itu membahas tema tentang gerhana bulan yang (saat itu) akan terjadi pada hari Minggu, 4 Maret 2007. Di salah satu bagian halaman disebutkan tentang kebiasaan orang-orang pada jaman dulu di Jawa, India dan China
yang percaya kalau gerhana bulan disebabkan karena bulan dimakan monster atau naga sehingga mereka pun melakukan sesuatu untuk mengembalikan bulan atau sekedar menyelamatkan diri (yang kalau dilakukan di masa sekarang pasti dianggap aneh atau dikeroyok massa karena mengganggu orang lain) seperti memukul kentongan dan bunyi-bunyian keras-keras atau membenamkan diri di air sampai sebatas leher.
Dari artikel tersebut, saya mendapat penafsiran dan pendapat kalau tampaknya desain naga dan bulan yang ada di cover produk kopi tersebut sedikit banyak mendapat pengaruh dari gambaran kebudayaan masa lampau tersebut khusunya dari negeri China karena pemakaian kata "Liong" yang berasal dari salah satu bahasa daerah negara tersebut yang berarti naga. Selain itu gaya ilustrasi yang digunakan juga masih bergaya oriental meski telah mengalami proses akulturasi dengan budaya setempat. Desain cover tampaknya hanya bertujuan agar "nyambung" dengan merknya karena target market produk ini tampaknya cukup luas dan beragam (bukan untuk kalangan tertentu), hal ini berdasarkan dari pencarian data di beberapa blog yang sedikit banyak membahas kopi ini. Sekali lagi ini hanya pendapat pribadi saya secara sepihak jadi bila ada kesalahan, saya mohon maaf dan jika bisa akan saya perbaiki dan lengkapi lagi data ini.

teh cap nyapu




Selasa, 02 Oktober 2007


Desain produk teh cap tjatoet sangat dipengaruhi batik dari Jawa Timur. Berikut data mengenai batik Jawa Timur yang diambil dari situs http://www.jawatengah.go.id./
Batik of Central Java adalah Salah satu jenis produk sandang yang berkembang pesat di Jawa tengah sejak beberapa dekade, bahkan beberapa abad yang lalu, adalah kerajinan batik. Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal batik baik dalam coraknya yang tradisional maupun yang modern. Pada umumnya batik digunakan untuk kain jarik, kemeja, sprey, taplak meja, dan busana wanita. Mengingat bahwa jenis produk ini amat dipengaruhi oleh selera konsumen dan perubahan waktu maupun model, maka perkembangan industri batik di Jawa Tengah juga mengalami perkembangan yang cepat baik menyangkut rancangan, penampilan, corak dan kegunaannya, disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri.
Batik tradisonal secara historis berasal dari zaman nenek moyang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik di Jawa Tengah mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Secara prinsip, terdapat 11 tahapan yang umumnya dilalui dalam pembuatan batik tradisional, yakni: nggirah, nganji, nyimpong, njereng, nerusi, nembok, medel, mbironi, nyoga, dan glorod. Sentra produksi batik di Jawa Tengah banyak dijumpai di Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sragen. Dari sisi permintaan dan keunikan produk, peluang usaha di bidang industri batik masih terbuka luas dan sangat menguntungkan. Pemasaran batik selain untuk konsumsi lokal juga telah menembus pasar Eropa dan Amerika.